Welcome

Welcome to the story of my life :)

Minggu, 18 Desember 2011

After UAS ^^

Halo semuanya...!

Gue seneng banget nih, UAS MTK gue ngga diremed!! Rasanya tau kalau ngga diremed tuh... seperti meluncur bareng paus akrobatis, menuju rasi bintang paaalliiiiiing manniiss..! ♥
Waktu itu, habis selesai ujian hari terakhir, gue bareng temen-temen langsung angkat bangku masing-masing ke meja(setiap anak di sekolahan gue dapet 1 bangku-1 meja, atau ngga yg meja lipat kayak anak kuliahan. kalo dapet 1 meja-1 bangku, berarti harus dinaikin bangkunya ke meja pas pulang sekolah), terus..... langsung salim sama guru pengawas, dan...... meluncur ke bawah, lihat pengumuman!!! :D

Di pengumuman, udah tertera nama-nama anak yg remedial MTK, sama... apaan ya?... yah gitulah... dasar pikun! ....
lega-gembira campur aduk bikin gue lemes saking senengnya... Alhamdulillah!! ^^
mungkin karena saking gembira kali ya,... gue jadi meluk tiang terpal depan kantor pengumuman... sebenernya sih, pas gue lihat nama gue ngga tertera disitu, gue jingkrak-jingkrakkan.. YIIIHAAAAA! <-- bagian ini ga perlu dibaca... lanjutkan -_- :) Pun, begitu juga pas gue lihat daftar nama remedial besok-besoknya, nama gue juga ngga tertera disana!! Asyiikkk *sujud syukur :p Selama "pekan remedial-classmeeting" ini, gue cuma bengong. Kan gue ngga remedial, jadi gua cuma duduk-duduk di teras atau jajan bareng temen-temen gue yamg ga remedial, sambil nungguin temen gue yang remedial. Pas hari Jum'at, ternyata ada classmeeting lukis. Gue emang udah daftar (baca: didaftarin) bareng temen gue yang juga jago gambar. Alamaaaaaakkk!! Gue dan temen gue ngira, classmeeting lukis hari selasa depan...! Omaigat, gue dan temen gue ngga bawa alat-alat lukis sama sekaliii!!! (Dan gue cuma bawa duit Rp2.000,00 !)
Mampus dah...

Akhirnya, temen gue (Yulita) dan gue ngacir ke fotokopi, beli peralatan lukis... pake duitnya dia semua lagi... (sadisnya temanmu ini... baca: gue) ... Inysa Allah gue ganti, Yulita.... T.T
Ya udah, setelah beli, gue & Yulita (si temen gue itu) , ngibrit ke kelas classmeeting lukis. Gue pinjem cat air sama paletnya Yulita, dan pinjam kuasnya temen gue yang ikutan classmeeting ini tapi beda kelas, Angga. LEGA TINGKAT DEWA XP

Gue gambarnya sederhana banget. Shōjo manga (baca: shoujo mangga) yang lagi senyum, pake baju biru berpita di tengah, rambut abu-abu hitam (tadinya sih coklaaatt) , terus background hijau dan warna kulit yang aneh karena cammpur aduk cat-nya (coklat-putih-kuning-agak merah). Kalian tahu Shōjo manga kan? Itu looh, gambar jepang remaja perempuan! Gue ngga tahu sih, menang apa engga... semoga menang, ya Allah! X). Insya Allah, entar gue tampilin fotonya deh.. :D
Kalau si Yulita, dia juga gambar Shōjo manga, tapi pakai kerudung, terus mendongak kayak lagi doa. osisi tangannya juga posisi tangan orang yang lagi berdo'a. Terus, dia tulis "Bismillah" di atas Shōjo manga itu, dengan background putih-biru dan gambar pohon. Keren! ^^

Oh, ya.. hari senin besok gue libur.. *bersorak!!
Selasanya fun bike ... :)
Tapi bagi rapot ngga tau kapan.. -_-
Dan lagi... map biru rapot-ku belum kukumpulin, padahal sih buku rapot udah... Dasar payah!!

See ya! :D
readmore »»  

Minggu, 11 Desember 2011

(cerpen) Mystery of The Black House [chapter 2]

"Yeah! Setuju! Setuju!" Mika melompat-lompat girang. Yang lain menatapnya dengan pandangan heran.
"Eh...ng, maksud gue, kan bagus kalau mereka berempat bareng. Jadi nggak ribut. Kalau ribut, ntar setannya ngga dateng!" katanya beralasan.
"Whatever to you, girl." kata Hanny sambil mengangkat bahu. "Lo beempat, di lantai dua. Gue berempat, di lantai satu. Gimana?"
"As you wish," jawabku, Vero dan Roy.

"Ayo, Quenty. Kita ke atas," ajakku. Quenty mengangguk sambil terus mencengkram bajuku. Sialan nih anak, sakit banget cengkramannya!
Kami menaiki tangga. Hih, serem banget! Mana debunya banyak banget lagi.... HACCHHIIII! Tuh kan, alergi debuku kambuh. Cih -_-

"HACCHIII! HACCHIII!" Aku bersin terus. Mmh... nggak enak banget! "HAAATTSSYYIIII!!"
"Lu nggak apa-apa, Rai?" tanya Vero.
"Maybe," jawabku sambil menutup hidung. "Haaacchh.....iiiii!"
"Lu istirahat dulu deh," kata Quenty. "Alergi debu lu kambuh ya?"
"Iya, nih. Haaacchh....," buru-buru kututup hidung. "Eng, gue kayaknya nggak kuat nih... kepala gue pusing. Aduduh... haa...cchii~"
"Yah, terus gimana dong? Gue nggak mau sendiri nyelidikin...," kata Quenty.
"Lha? Kan ada mereka berdua!" kataku sambil menunjuk Roy dan Vero.
"Ya, mendingan lu istirahat dulu deh, Rai!" sahut Roy.
"Gini aja...(hattssyii, gue nyelidiki tempat yang.... (hatssyyiii)... kira-kira debunya sedi.....(hatssyiimm) kit...?"
" Gue....ikut Rai!" seru Quenty.
"Lu bareng mereka aja, Quen! Mereka lebih bisa ngelindungin lu!"
"Ngelindungin? Emang ada apaan...?"
Gue, Vero dan Roy tersenyum nakal. Ahihihihi...
"Ada hantunya lhoo...,"
"Poconggg, kuntisimilikiti, genderuwo...," kata Roy usil.
"STOOOPPP! Janga sebut lagi ah!"
"Hahahahaha,"

Dan, setelah aku memaksa Quenty ikut dua cowok itu, aku pun berjalan memasuki kamar. Hmm... sepertinya ini kamar anak perempuan. Ada boneka beruang, barbie, corak mawar yang kusam....
Tapi tunggu dulu! Kenapa rasanya ada yang menatapku dengan tajam ya?
Aduh... nggak enak banget nih... siapa sih? Apa si Quenty yang sebel aku tinggalin?

Aku menoleh..
Dan...
"KYAAAAAAAAAAAAAAAAA.....!!!"
readmore »»  

Sabtu, 10 Desember 2011

(cerpen) Mystery of The Black House [chapter 1]

Namaku Raissa. Aku kelas XI-G SMA Dua, bersama dengan teman-temanku; Zea, Quenty, Hanny, Sam, Ken, Mika dan Roy. Rumah Zea, Quenty dan Mika dekat dengan rumahku, karena itulah kami bersahabat. Kalau yang lain sih... jauh-jauh banget.
Di dekat rumah kami (Aku, Zea, Quenty dan Mika) terdapat sebuah rumah yang (katanya) angker. Namanya BLACK HOUSE. Dinding rumah itu berwarna hitam kelabu, dengan bercak-bercak dan cipratan warna merah. Sedangkan, pagar rumah yang bergaya Eropa itu berwarna hitam pekat. Halaman rumah itu luas, sangat luas. Pohon-pohon yang tumbuh rindang dan lebat, tampak mengelilingi halaman rumah. Beberapa pohon tampak seperti menari ketika diterpa angin. Suara burung hantu dan kalelawar yang saling bersahutan memekik, membuat rumah itu nampak seram...

Pagi hari yang cerah, aku berangkat menuju sekolah dengan motor bersama ketiga sahabatku. Aku membonceng Quenty, sedangkan Zea membonceng Mika.
"Hei, gimana kalau kita menyelidiki Black House?" usul Zea, yang tomboy dan pemberani.
"Boleh," jawabku, masih konsentrasi ke arah jalan. Kami berhubungan melalui earphone.
"JANGAN, DONG!" pekik Quenty histeris, sehingga beberapa pengguna jalan melihatnya.
"Ayo, dong, Quen! Lu sudah kelas dua SMA, kan?" seru Mika.
"Iya, tapi gua kan takut... apa kelas harus membuat seseorang berani?" kata Quenty.
"Begini aja, deh... kita berunding pas sudah sampai sekolah! Ajak teman-teman yang lain juga, ya?" usulku.
"Ya udah deh," jawab yang lain kompak.

Saat istirahat tiba, kami berlima (dengan Hanny) berkumpul di kantin, membahas masalah tadi.
"Eh, menurut gue sih, mendingan selidiki aja! Daripada itu rumah bikin penasaran...," kata Hanny.
"Eh, tapi elu lihat dulu dong, gimana kondisi itu rumah! Lu sih, jauh rumahnya...," Quentty cemberut.
"Oke, kita voting!" seru Zea. "Siapa yang setuju nyelidikin rumah itu?"
Aku, Zea, Hanny dan Mika menunjuk tangan.
"Yak, hasil voting menunjukkan.... kita selidiki rumah itu!"
###
"Eh, Sam...," aku mendekati Sam yang sedang asyik mengobrol dengan Vero.
"Ya?"
"Entar mau nggak, bantu nyelidikin black house di perumahan gue? Vero ikut yak? Ajak yang lain gih,"
"Eh, elu tuh minta tolong apa nyuruh?" tanya Sam.
"Nyuruh,"
"Gua jitak juga lu, ya? Ngapain nyuruh-nyuruh gua? Emang gua apaan? Babu?"
"Iya,"
"Hett dehh!" Sam bersiap-siap menjitak kepalaku.
"Iya, iya dah, mangap napa mangap! Jam tiga ya? Jangan lupa!"
"Eh! Kenapa enggak malem aja? Kan lebih seru!"
"Emang lu tau rumah gue? Enggak kan? Makanya, lu dateng jam tiga! Biar ada waktu buat muter-muter nyari rumah gue,"
"Ya elah... gua kira apaan,"
###
Jam 3...
"Eh, mana sih, tuh cowok-cowok?"
"Palingan juga lagi pada muter-muter nyari rumah gua, Ze,"
"Bagus, deh! Lama-lamain aja, biar enggak jadi," harap Quenty.
"Haha, enak aja lu! Gue udah susah-susah kesini! Lu bertiga sih, rumahnya dekat sama si Raissa! Lah, gue? Lima kilometer ada kali,"
"Ya dah sih...,"
"Eh, itu mereka!" pekik Mika, berlari menuju Vero, Sam, Ken dan Roy.
"Histeris amat sih, si Mika!" bisik Quenty.
"Ya, maklum ajalah... si Mika kan suka sama Sam,"
"EH! MASA'?" seruku kaget. Yang lain buru-buru menyuruhku diam. Ssshhh....!!
"Udah pada lengkap, kan? Alat-alatnya? Siip! Ayo berangkat!!"
###
"Rai, gua takut, Rai...," Quenty mencengkram bajuku.
"Iya, tenang! Jangan narik baju gue, ya? Ntar robek! Tau sendiri kan, lu tuh kalau narik benda pasti...,"
"SSSSHHHHH!!" Yang lain menyuruh kami diam.
"Eh? Emang ada apaan?"
"Lu nggak denger? Tadi ada suara kayak anak kecil nangis!" bisik Vero.
Aku terdiam. Yang lain juga. Ya, suara tangisan itu makin keras.
"Ayo kita selidiki!" seru Ken bersemangat.
"Ken... Rai... yang nangis itu...," kata Quenty tertahan, "Yang nangis itu GUE,"
"................................."

.................hening.........................


"ASTAGA, QUEN! APA-APAAN, SIH LU?!" teriak Ken marah. "Udah kelas 2 SMA kan?! Cengeng banget!!"
"Hush, udah sih, Ken! Namanya juga cewek! Pasti takut dengan...,"
PLAAAAKKK!!
"Eh, bego! Sakit tau! Ngapain lu nampar gua?!" teriak Sam meringis kesakitan.
"Emang lu pikir cewek itu selalu penakut, hah?!" seruku sebal.
"Ya elah, ni dua anak... berantem mulu, dih! Ayo, ah! Kagak selesai, nih!"

"Gimana kalau kita berpencar?" usulku.
"APA?! JANGAANN!" jerit Quenty.
"Quenty!!" bentak Ken, melayangkan tinjunya. Buru-buru kutahan dan kucengkram tangannya.
"Rai...??!"
"Lu jadi cowok emosian banget ya?!" seruku tajam. Kutatap mata Ken dalam-dalam. Sesaat suasana menjadi hening.
"Ya dah!" Ken menarik tangannya dengan kasar.

"Udah dong, jangan berantem!" pinta Hanny sebal.
"Gini deh, Quenty, Raissa, Ken sama Sam bareng. Aku,Mika,Hanny,Roy sama Vero bareng,"
"Nggak, nggak! Mendingan kamu ngga usah ngegabungin kami berempat deh! Malah ribut!"
"Iya! Aku nggak mau sama Ken," kata Quenty. Muka Ken memanas.
"Mendingan Mika sama idolanya aja, si Sam itu," kataku.
"Hah?" Raut muka Sam dan Mika berubah.
"Vero, Roy, aku dan Quenty bareng." kataku tegas.

~~~BERSAMBUNG~~~~
readmore »»  

Hujan-hujanan bareng Tukang Ojek -_-

Hari sabtu/10/12/11 ini adalah hari ke enam UAS gue.. mata pelajarannya Biologi sama BTA. Ya Allah, biologi banyak banget hafalannya! Mana namanya aneh-aneh lagi.... -_- . Tapi untung deh, udah belajar jam empat pagi :D . jadi ngga susaj-susah amat dah.

-APA HUBUNGANNYA UAS DENGAN JUDUL DIATAS?-
....Gini nih....
Karena UAS, gue udah pasti pulang cepet #bersorak!
pas uas m.pel kedua, si awan hitam udah menunjukkan tanda-tanda kemunculannya... Sampe kayaknya matahari frustasi tuh, ngga bisa ngalahin si awan hitam... -_-"

Gelap banget dah, sampe temen-temen bilang:
"Woooyy, maghrib wooyyy!"
Iya, bener suasananya kayak mau maghrib. Padahal masih jam sebelas siang.

Bel pulang yang udah ditunggu-tunggu akhirnya bunyi. Berhubung kelas UAS gue ada di lantai tiga, maka udah pasti klau mau pulang gue turun ke bawah (Ya iyalah, lagian mana ada turun ke atas atau naik ke bawah??? @_@).
pas gue ngiket tali sepatu di bawah (note : sekolah gue bersih cuy. kalau mau ke kelas harus lepas sepatu. pake kaus kaki gituu :v), udah ada air rintik-rintik tuh. dalam hati gue ngedumel, "sialan, ngapa pake hujan segala?? mana gue pulang naik ojek lagi. ortu gue pada ke bandung,"
ya udah, gue ke gerbang sekolah bareng temen-temen. gue liat pangkalan ojek depan sekolahan... dan lu tau? NGGA ADA TUKANG OJEKNYA! aaaahhh.... gue pulang pake apa?? abang-abang (?) tukang ojeknya lagi pada nganterin yang lain.. belum ada yang balik... eh gile, rumah gue kan jauh banget.... enam km-an dari sekolah! mesti nunggu berapa lama, sambil ditemani ujan yang kian deras?

Eh, gue ketemu sahabat gue yang beda kelas (kelas uas & kelas pelajaran) sama gue. Dari tadi nih anak ngajakin gue naik angkot... -_- ya udah, berhubung ojek masih pada ngacir semua, gue turutin nih permintaan. Paling enggak, arah rumah gue dengan dia sama. kalau mau naik angkot, gue sama dia harus jalan kaki dulu. Lumayan jauh. Dari pada gue ngga bisa pulang? . Eee... baru juga jalan ngelewatin gerbang (gerbangnya gede cong. panjang...)ujannya udah kayak ember gede penuh air yang langsung ditumpahin ke badan gue *BYUURR... deres banget. Ya udah, gue sama Adiva (sahabat gue)nyebrang jalan buat berteduh di warung kecil. Ampunn... baju gue basah banget!! >< He, masuk angin dah ~_~.... Bukannya berhenti, malah tambah deres! Ampun dah. Adiva: "Dew, gimana kalau ntar udah nyampe tempat angkot, tapi angkotnya ngga ada?" mampuslah kita. Mukjizat, gue ngeliat ada tukang ojek yang baru dateng ke pangkalan ojek. Langsung gue jerit ke Adiva, "Diva! Itu Ojek Div!!" Adiva: "Ayo, buruan kesana! Eh, tapi cuma satu?" Gue : "Gue duluan yak??" Adiva: "Yaahh... berdua aja gimana?" Gue : "Emang bisa?" Adiva : "Bisa, cong! Kita kan satu arah," Gue : "Oh iya ya." Adiva : "Gue turun di Kompas, lu turun di Metland." Gue : "Lha?" Pas gue lagi asyik berdebat sama Adiva (ditambah efek suara ujan...), tukang ojeknya manggil.
Tukang Ojek: "Ayo de, berdua bisa!"
Gue & Adiva : "ya udah bang,"
Adiva: "Bang, turunnya beda ngga apa-apa ya? Satu di kompas, satunya lagi di metland."
Tukang Ojek: "(mengulang) Satu di kompas, satunya lagi di metland."

Lanjut...
Gue dan Adiva pun naik. Dan ditengah hujan pun gue dan dia duduk menuju rumah.... lalalala~
Ngeh, baju gue basah banget. Kacamata gue burem kena air hujan. Tas basah. Baju basah. Kerudung Basah, Celana dibagian kaki basah (banget). Tempat duduk sempit. Ujan tambah gede. Hadooeehh...

Dan, ketika kita bertiga ngelewatin tempat pangkalan angkot di tengah hujan deras, ternyata ngga ada angkot sama sekali... bersyukur banget banget banget banget karena bisa dapet ojek. Kalau gue dan Adiva udah kesana, mampus ajalah kita berdua. -_-
Gue pun bernyanyi... lalalala~

Sampe di kompas, Adiva pun turun... sambil ngasih duitnya buat bayar tukang ojek ke gue . Aneh nih anak. Ngapa ngasih ke gue? Tukang ojeknya aja ada di depan gue. Emang gue asisten ntu tukang ojek apa? #_# .
Tukang Ojek : "Yang ini kemana de?"
Gue : "Metland tambun bang,"
Motor pun melaju lagi.
Tukang Ojek : "Metland tambun itu ngelewatin lampu merah de?"
Gue : "Engga bang. PM lho... PM... tuh, udah keliatan di seberang jalan."

Lanjut...
setelah gue sampe rumah, gue nyerahin duit (kalo ga salah) tujuh belas ribu. 10.000 dari gua tambah 1.000 dari gua buat adiva (tapi dia ngga tau), terus ditambah 6.000 dari adiva. Mantep kan bang! Di tengah ujan-ujan deres begini duit udah ngalir.. banyak pula. Nyaaa.. ada yang heran kah, kenapa gue ngasih 10.000? Oke, kilas balik cerita... liat di paragraf keempat dari atass.... Jarak rumah gue sampe sekolah itu kira-kira 6 Km!!!
6 Km!! (diulang biar makin histeris)
Dan beda daerah (kecamatan? apa kabupaten? au ah gelap... sekolah gue ada di Buwek (Tambun), sementara perumahan gue ada di cibitung (meskipun nama perumahan gue ada kata "tambun"nya... biar ngga keliru sama perumahan yg sama yg ada nama cibitungnya... prett)

OMG, dan uang jajan mingguan pun bisa ludes seketika kalau gue naik ojek 2-3 kali... ampun maakk...

Dan, gue rasa, lu pasti ngakak abis ngeliat penampilan gue abis turun dari motor tukang ojek... asli, lusuh banget!! @_@ >< XO

Baju basah semua (kecuali celana dari bagian perut sampe lutut).. udah kayak bocah sekolah oon nyebur ke kolam pake tas dan sepatu... mana celana bagian kaki kotor banget kena lumpur lagi. Kacamata juga burem karena kena air....
AMPUN DEH, MAAAAKKKK....!!!
readmore »»